Berikut Pakaian Adat Pria Dari Suku Jawa Yang Sering Dijumpai

Suku Jawa merupakan etnis mayoritas di Indonesia. Sebagian besar keturunan suku-suku tersebut tinggal di Pulau Jawa, namun banyak juga yang tersebar di pulau-pulau lain di Nusantara.

Karena penyebarannya yang luas, tradisi Jawa banyak diadopsi dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, mulai dari makanan hingga adat istiadat termasuk pakaian adat.

batik jawa

Pakaian adat Jawa tidak lepas dari unsur batik yang merupakan kain khas Jawa. Kata “batik” adalah singkatan dari kata Jawa “batik” atau “soko sak titik”. Itu berarti melakukan sesuatu sedikit demi sedikit.

Namun ada juga yang berpendapat bahwa istilah batik berasal dari kata “amba” yang berarti lebar, dan kata “titik” atau “matik” yang berarti membuat titik. Singkatnya, itu berarti membuat titik dengan kain yang lebar.

Banyak daerah di Indonesia, tidak hanya Jawa, yang memiliki batik sendiri. Pola, warna, dan fiturnya berbeda dan masing-masing memiliki maknanya sendiri. Inilah yang memperkaya budaya Indonesia.

meskipun batik Jawa paling terkenal. Ketika kata batik disebut, kebanyakan orang langsung mengira bahwa batik berasal dari Jawa.

Pakaian adat pria jawa

Beberapa pakaian hanya bisa dikenakan di acara formal tradisional, sementara yang lain bisa dipakai sehari-hari. Pakaian adat pria jawa umumnya terdiri dari atasan dan bawahan berupa celana panjang atau kain.

  1. Surjan

Surjan merupakan salah satu jenis pakaian adat Jawa yang memiliki sejarah yang sangat panjang dan telah dipakai sejak zaman Mataram Islam yang dipelopori oleh Sunan Kalijaga. Sebelumnya, Surjan hanya dikenakan oleh bangsawan dan abdi dalem. Bahkan hingga saat ini, khususnya abdi dalem Jawa Tengah, masih mengenakan Surjan.

Surjan adalah singkatan dari surak sajanma yang artinya manusia. Modelnya menyerupai kerah lurus dan kemeja lengan panjang. Surjan umumnya dibuat dengan motif garis-garis Jawa, ada juga yang motif bunga.

Karena makna religius Surjan, pakaian Surjan sering disebut sebagai pakaian Takuwa. Kerah Surjan memiliki enam kancing yang melambangkan rukun iman. Dua kancing di dada kiri dan kanan melambangkan dua kalimat syahadat.

Dada dekat perut juga memiliki tiga kancing yang melambangkan keinginan naluriah manusia yang perlu dikendalikan. Tiga tombol terakhir tidak terlihat dari luar.

  1. Jawi Jangkep

Baju ini merupakan baju adat dari Jawa Tengah. Pakaian Jawi Jangkep berasal dari Keraton Kasunanan  di Surakarta. Ada dua jenis pakaian Jawi Jangkep: Jawi Jangkep dan Jawi Jangkep Padintenan.

Jawi Jangkep hanya bisa dikenakan pada acara adat formal seperti upacara adat. Pakaian ini memiliki atasan hitam. Jawi Jangkep Padintenan dapat dikenakan dalam kehidupan sehari-hari dan diperbolehkan untuk digunakan dalam warna selain hitam. Hingga saat ini, pakaian Jawi jangkep masih sering dikenakan.

Perlengkapan Jawi Jangkep antara lain:

Atasan yang bagian belakangnya lebih pendek untuk tempat menyelipkan keris.

Setagen.

Ikat pinggang yang terdiri dari epek, timang, dan lerep.

Kain bawahan yang berupa barik.

Keris, atau biasa disebut sebagai wangkingan.

Selop, sebagai alas kaki.

Penutup kepala berupa destar ataupun blangkon

  1. Beskap

Padahal, Beskap adalah bagian dari Jawi Jangkep. Tapi sekarang penggunaannya sering terpisah. Beskap hanya dikenakan pada acara-acara resmi seperti pernikahan dan upacara adat lainnya. Beskap ada dan telah dipakai sejak akhir abad ke-18 pada masa pemerintahan Mataram.

Beskap memiliki model baju lipat. Beskap biasanya berwarna solid. Beskap dilengkapi dengan kancing di kiri dan kanan. Bagian belakang Beskap juga lebih pendek dari bagian depan, dan fungsinya sama dengan Jawi Jangkep yang menempatkan Keris.

Ada empat jenis Beskap, yang pertama adalah gaya Jogja, yang memenuhi standar Keraton Yogyakarta. bescap gaya Solo memiliki standar budaya Keraton kasunanan Surakarta. Ada juga Beskap ala Kulon, dan yang terakhir adalah Beskap Landung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *