Sebutkan dan jelaskan mengenai wujud dari perlawanan indonesia menentang dominasi asing!

Pertanyaan:

Sebutkan dan jelaskan mengenai wujud dari perlawanan indonesia menentang dominasi asing!

Jawaban:

A.Monopoli perdagangan ,
rakyat indonesia merasa di adu domba oleh bangsa asing sehingga terjadi perlawanan di beberapa daerah
B.Kerja PaksaBangsa Indonesia dipaksa bekerja untuk bangsa asing.Sehingga indonesia tidak terima dengan melakukan perlawanan
C.Nasib SepenanggunganRakyat satu dgn yg lain merasakan nasib yg sama yaitu dijajah bangsa asing.Sehingga perlawanan berupa secara diplomasi maupun dengan senjata banyak terjadi dimana-mana

Pembahasan:

Orang Eropa datang ke pulau-pulau itu pada abad ke-16. Awalnya, ia bertujuan berdagang rempah-rempah. Namun, seiring berjalannya waktu, tujuan tersebut berubah menjadi pelaksanaan kolonialisme dan imperialisme.

Pada abad ke-19, bangsa Indonesia berusaha keras untuk berperang. Tujuan utamanya adalah mengusir penjajah dari pulau-pulau itu.

Namun, sifat oposisi lokal terhadap VOK dari raja atau sultan dan rakyat masih sangat lokal. Beberapa penentangan rakyat Indonesia terhadap kolonialisme dan imperialisme

Keinginan untuk mengembalikan tanah Islam yang direbut musuh dan mengembalikan kejayaan negara Islam di Malaka menjadi alasan politik penyerangan Demak Malka.

Secara ekonomi, alasan utamanya adalah keinginan Demac untuk menguasai Selat Malaka, jalur perdagangan internasional.

Pada masa pemerintahan Raden Patah, Kesultanan Demak telah melawan pendudukan Portugis di Malaka.

Raden Pathah mengirimkan pasukannya di bawah pimpinan Pati Unus, anaknya penguasa Jepara, untuk menyerang Portugis di Malka.

Ekspedisi pertama Pati Unus untuk menyerang Portugis terjadi pada tahun 1512. Namun, serangan besar-besaran ini gagal mengusir Portugis dari Malaka.

Sementara itu, keberanian Pati Unus dalam memimpin penyerangan ke Malaka yang berada di bawah kekuasaan Portugis membuatnya mendapat julukan Pangeran Sabrang Lor.

Tahta Kesultanan Demak digantikan oleh putra Raden Pata lainnya, Sultan Trenggana.

Untuk memperluas ekspansi ke wilayah barat, Sultan Trengono mengutus Fatahilah bersama putra Sunan Gunung Jati Maulana Hasanuddin untuk menggagalkan rencana aliansi antara Portugal dan Pajajaran.

Di tahun Pada tahun 1527, Fatahila-Maulana Hasanuddin menyerang posisi Portugis di Sunda Kelapa. Serangan itu berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa.

Pada tanggal 22 Juni 1527, nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta atau Jakarta yang berarti kemenangan mutlak.

Fatahillah diangkat sebagai wakil Sultan Demak yang memerintah di Jayakarta oleh Sultan Trenggana, istri Maulana Hasanuddin yang memerintah

Portugis melihat kemajuan Aceh sebagai ancaman. Maka Portugis berusaha menghancurkannya.

Pada tahun 1523 Portugis menyerang Aceh di bawah Henriques dan pada tahun 1524 di bawah De Sauza.

Namun, semua serangan berhasil dimentahkan. Portugis tidak menyerah dan terus mencari cara untuk melemahkan posisi Aceh. Maka, kapal-kapal Portugis terus mengganggu armada dagang Aceh.

Tindakan sewenang-wenang Portugis memicu perlawanan dari Achaenees. Sultan Alauddin Riyat Syah (1537-1568) bersiap menyerang Portugis dengan melengkapi kapal dagangnya dengan artileri dan tentara terlatih, membeli senjata dari Kalikut (India) dan Jepara, menyewa tentara bayaran dan mendatangkan ahli militer dari Turki pada tahun 1567 M. .

Setelah semua persiapan selesai, Aceh bersekutu dengan Johor menyerang Portugis di Malaka. Namun, Portugis berhasil bertahan dan pada tahun 1569 melancarkan serangan balik.

Sultan Iskandar Muda (1607-1636) tercatat sebagai penguasa terbesar Kesultanan Aceh. Di bawah kepemimpinannya, Aceh melakukan dua kali penyerangan terhadap posisi Portugis.

Serangan pertama dilakukan pada tahun 1615 dan serangan kedua dilakukan pada tahun 1629. Pada serangan kedua, kapal-kapal Aceh mengalami kekalahan telak di pelabuhan Malaka.

Rakyat Ternate hidup dalam kesengsaraan karena Portugis memonopoli perdagangan rempah-rempah. Karena itu, pada tahun 1533 rakyat Ternate yang dipimpin oleh Dajalo melakukan perlawanan terhadap Portugis.

Mula-mula orang Ternet membuat kemajuan besar, tetapi setelah Portugis menerima pasukan dari Malaka, mereka mundur.

Kemudian penyerangan terjadi lagi karena Portugis sering melakukan perampokan. Kali ini perlawanan dipimpin oleh Sultan Khairun atau Hayrun.

Melalui tipu muslihat, Portugis berhasil membunuh Sultan Khairu melalui perundingan.

Namun perlawanan rakyat Ternet terus berlanjut hingga tahta Ternet di bawah pimpinan Sultan Babulah pada tanggal 28 Desember 1577. Sultan Babulah berhasil mengusir Portugis dari negeri itu.

Sultan Agung Senapati di bawah Alaga Ngabdurahman (1613-1645) berambisi untuk menyatukan seluruh Jawa di bawah kendali Mataram dan mengusir VOK dari Jawa.

Untuk mewujudkan gagasan tersebut, Sultan Agung bermaksud mengakhiri penetrasi politik dan monopoli bisnis VOC. Salah satu upaya Pada tanggal 18 Agustus 1618 untuk menghancurkan Loji VOC di Jepara.

VOC membalas dengan menggempur pertahanan Mataram di Jepara. Sejak saat itu sering terjadi pertengkaran antara keduanya.

Sultan Agung bermaksud mengusir VOC dari Batavia. Akibatnya, Batavia diserang habis-habisan.

Namun, sayangnya serangan itu gagal. Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan setelah kematiannya pengaruh VOC mulai masuk ke Mataram.

Keinginan Vioco untuk memonopoli bisnis lada menjadi sumber konflik antara Banton dan Vioco. Puncak konflik terjadi ketika Kesultanan Banten diperintah oleh Sultan Ageng Tiratasa (1651-1684).

Setelah perselisihan antara Sultan Ageng dan putranya Sultan Haji (Pangeran Abu Nashar Abdul Qahar), perlawanan VOC mereda.

Kesempatan ini tidak dilewatkan oleh VOC untuk melancarkan taktik pecah belah. VOC membantu Sultan Haji dan berhasil menangkap Sultan Ageng.

Sultan Haji diangkat sebagai gubernur Banten oleh VOC dengan menandatangani perjanjian yang merugikan Banten.

Perang pertama antara VOC dan pemerintah Makassar dipicu oleh Peristiwa Enkhuizen. Peristiwa itu bermula dari penolakan klaim monopoli VOK oleh Kerajaan Makassar.

Akibatnya, VOC memenjarakan sejumlah ksatria Makassar di kapal Enkhuizen. Meski kemudian para bangsawan dibebaskan.

Sejak saat itu timbul benih-benih permusuhan antara bangsawan dan rakyat Makassar. Buktinya, pada 10 Desember 1616, kapal VOC Deindrach berlabuh di pelabuhan Somba Opu, di mana awak kapalnya dibunuh oleh orang Makassar.

Konflik mereda, namun Makassar akhirnya berkembang di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin.

Perang besar VOC melawan Kerajaan Makassar terjadi pada tahun 1660-1669 yang dikenal dengan “Perang Makassar”.

Sultan Hasanuddin memimpin pasukan Makassar dengan daya juang yang besar. Bahkan orang-orang VOC menyebutnya De Huntjes van Het Oosten atau “Ayam Jago dari Timur”.

VOC di Aru Palaka, pejabat tertinggi Provinsi Bone dan beberapa pejabat tinggi di Provinsi Makassar, menyerah dan akhirnya berhasil mengalahkan pasukan Sultan Hasanuddin.

Akibat kekalahan ini, Sultan Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *