Suku Nias, Bangsa Sparta Asli Indonesia

Negerisatu.id – Suku Nias adalah salah satu suku Indonesia pertama yang melestarikan budaya dan tradisi mereka di zaman modern. Masyarakat yang tinggal di Pulau Nias menjalani kehidupan seperti yang dilakukan nenek moyang agar tradisi tersebut tidak hilang dan modern.

Penduduk pulau itu menyebut diri mereka Ono Niha, yang berarti “anak manusia”, dan menyebut pulau mereka Tano Niha, yang berarti “tanah rakyat”. Populasi suku ini diperkirakan sekitar 480.000 orang. Lainnya adalah pendatang, seperti Batak, Aceh, Minangkabau, dan Tionghoa.

Penduduk Pulau Nias terkenal dengan budaya perangnya, atau dalam hal ini yang terbaik adalah para pejuang seperti Spartan dan Mongol. Dulu, para Pejuang Nias berjuang keras untuk mempertahankan posisi dan kebanggaan kelompoknya hingga sering terjadi perang besar-besaran.

Orang Nias hidup berkelompok di desa-desa yang dibangun di lereng bukit dan dipagari dengan batu atau panah berduri. Mereka menyebutnya desa Banua, dipimpin oleh seorang siulu (bangsawan) yang mereka sebut Tuhenori atau Salawa (raja).

Dulu, masyarakat Nias menyadari banyak penyakit sosial. Misalnya, di Nias bagian selatan dikenal kelompok sosial, seperti siulu (pejabat), ere (pendeta adat), mbanua ini (anak desa atau orang biasa), dan kelompok sauyu (budak).

Badan pemerintahan siulu, misalnya terpilih sebagai kepala kota, disebut balo siulu. Sedangkan anak pedesaan juga dapat dibedakan menjadi siila (pintar) dan sato (orang biasa).

Kelompok sauna juga dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu binu (budak karena kalah perang, sering dikorbankan untuk upacara), sondra hare (menjadi budak karena tidak mampu membayar utang) dan holito (menjadi budak setelah dibebaskan dari hukuman mati). ).

Pengaruh masyarakat kelas atas masih terasa sampai sekarang, karena golongan siulu, misalnya, tidak diperbolehkan menikah dengan sato. Sedangkan kelompok Sawuyu sudah tidak ada lagi.

Pada zaman dahulu Nias telah mencapai tahap yang luar biasa dalam perkembangan kebudayaan megalitik. Peninggalan-peninggalan tradisi tersebut masih ditemukan sampai sekarang, seperti meja dan kursi batu, arca, dan arca makhluk halus serta omo hada (rumah adat) yang dibangun di atas batu datar besar dan tiang-tiang kayu besar, juga diisi dengan pahatan kuno. .

Berikut beberapa fakta menarik tentang Suku Nias

Perang sudah mendarah daging

Referensi non-Alkitab tertua yang masih ada tentang Pulau Nias dibuat oleh para pedagang dari Persia. Perdagangan tersebut tiba di wilayah Nias sekitar tahun 851 M untuk menjalin kemitraan dengan penduduk setempat yang memiliki berbagai macam kerajinan baik berupa perhiasan maupun dalam bentuk kain dan tenun yang memukau.

Saudagar Persia abad ke-9 ini mengklaim bahwa orang Nias sangat menjunjung tinggi budaya mereka. Mereka dikenal memiliki banyak desain meskipun dalam beberapa hal Suku Nias kuno dianggap agak menakutkan. Mereka memiliki tradisi berburu barang atau berburu kepala manusia untuk kepentingan budaya. Mereka berburu dengan pertempuran brutal.

Harga Diri Tertinggi

Kebanggaan orang Nias di masa lalu sangat tinggi. Mereka akan berjuang dengan sepenuh hati jika mereka merasa dilecehkan. Dahulu, keluarga atau masyarakat di Pulau Nias kerap berjuang untuk menjaga wilayah dan harkat dan martabat masyarakat atau suku tersebut.

Praktik militer orang Nias kuno telah ada selama ribuan tahun. Meski tradisi megalitik sudah ada sekitar 13.000 tahun yang lalu, masyarakat Pulau Nias sudah terbiasa berperang. Budaya prajurit di daerah itu terus berkembang hingga berangsur-angsur menghilang.

Tempat Perbudakan dan Perlindungan

Selain untuk menjaga martabat suku atau kota, tradisi militer yang digunakan oleh Suku Nias juga dilakukan untuk melindungi penduduk. Di masa lalu, perbudakan tersebar luas di Sumatera bagian utara. Penduduk Pulau Nias sering ditangkap dan dibawa ke Aceh atau Padang untuk dijual.

Demi bertahan hidup, masyarakat Pulau Nias akhirnya bertempur dan masuk. Mereka tidak segan-segan berperang jika keadaan semakin memburuk dan banyak orang di desa mereka diculik untuk dijadikan budak.

Tempat Tersulit Mencicipi Indonesia

Mungkin luas Pulau Nias lebih kecil dari tempat lain seperti Jawa dan Sumatera. Namun, daerah ini adalah tempat yang paling sulit dikuasai Belanda selama pemerintahan kolonial mereka di Indonesia. Setidaknya selama ratusan tahun di pulau ini, Belanda baru berhasil menguasai Nias dan membangun kembali kekuasaannya pada tahun 1914.

Orang Nias telah berperang melawan Belanda di masa lalu. Selama puluhan tahun, Belanda tidak bisa masuk terlalu dalam karena akan diserang oleh tentara yang mempertaruhkan nyawa dan nyawanya. Pulau Nias adalah daratan Belanda yang sangat besar karena budaya perangnya yang menakjubkan.

Melawan Budaya di Zaman Modern

Di zaman modern, perang yang dilakukan oleh prajurit atau ksatria hampir tidak ada lagi. Orang Nias tidak lagi melakukan apa yang disebut berburu musuh dan menyerahkan kepala mereka kepada pemimpin. Perang yang pernah terjadi di masa lalu akhirnya berubah menjadi bentuk tarian perang yang disebut Foluaya.

Foluaya terdiri dari orang-orang muda penuh dengan karakteristik budaya suka berperang. Yang lebih muda juga berpakaian seperti tangan. Masyarakat Nias ingin budaya perang ini terus berlanjut dan generasi muda dari generasi muda akan terus menggunakan budaya ini selamanya. Hilangnya budaya perang merupakan bencana besar bagi masyarakat yang tinggal di Pulau Nias.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *