Jelaskan makna bangunan monumen tugu pahlawan!

Pertanyaan:

Jelaskan makna bangunan monumen tugu pahlawan!

Jawaban:

Untuk mengenang jasa-jasa pahlawan yang telah mempertahankan kemerdekaan di negeri kita.

Pembahasan:

Ada dua pendapat mengenai siapa yang menjadi pemrakarsa, sekaligus arsitek monumen yang terletak di Jalan Pahlawan Surabaya ini. Menurut Gatot Barnowo, monumen ini diprakarsai oleh Doel Arnowo, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Daerah Kota Besar Surabaya. Kemudian ia meminta Ir. Tan untuk merancang gambar monumen yang dimaksud, untuk selanjutnya diajukan kepada Presiden Soekarno.

Sedangkan menurut Ir. Soendjasmono, pemrakarsa monumen ini adalah Ir. Soekarno sendiri. Ide ini mendapat perhatian khusus dari Wali kota

Surabaya, Doel Arnowo. Untuk perencanaan dan gambarnya diserahkan kepada Ir. R. Soeratmoko, yang telah mengalahkan beberapa arsitek lainnya dalam sayembara untuk pemilihan arsitek untuk membangun monumen ini.

Pada awalnya pekerjaan pembangunan Monumen Tugu Pahlawan ditangani Balai Kota Surabaya sendiri. Kemudian dilanjutkan oleh Indonesian Engineering Corporation, yang kemudian diteruskan oleh Pemborong Saroja. Monumen yang dibangun selama sepuluh bulan ini, diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 10 November 1952.

Rancangan dan pembangunanSunting

Rencananya pembangunan Tugu Pahlawan memiliki tinggi 45 meter, namun karena berbagai kendala akhirnya tinggi yang disepakati adalah 41,15 meter. Diameternya 3,1 meter, namun semakin tinggi diameternya semakin kecil. Tugu ini berbentuk lingga atau paku terbalik. Bagian tubuh monumen berbentuk lengkungan-lengkungan (Canalures) sebanyak 10 lengkungan, dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures mengandung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945.

Di bawah monumen dihiasi dengan ukiran Trisula bergambar Cakra, Stamba dan Padma sebagai simbol api perjuangan. Biaya pembangunan Tugu Pahlawan berasal dari sumbangan para dermawan termasuk rakyat yang ikut menyumbangkan dana. Pada awalnya pekerjaan pembangunan Tugu Pahlawan ditangani Balai Kota Surabaya, kemudian dilanjutkan oleh Indonesian Engineering Corporation, yang kemudian diteruskan oleh Pemborong Saroja.

Konstruksi dimulai pada 20 Februari 1952 dan selesai pada 3 Juni 1952. Untuk membuat pondasinya, tanah harus digali hingga 620 meter kubik. Selanjutnya dilakukan pengecoran beton yang dilakukan oleh Indonesian Engineering Corporation.

Untuk pembuatan beton ini menghabiskan besi sebanyak 19 ton. Pengecoran yang harus diselesaikan secara sekaligus membuat 120 orang harus bekerja bergiliran selama 40 jam non-stop.[5]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *