Politik agresi militer jepang berdasarkan dokrin?

Pertanyaan:

Politik agresi militer jepang berdasarkan dokrin?

Jawaban:

Pencetusnya itu Kaisar Hirohito, berkembang pada mana Perdana Menteri Hideaki Tojo. Pada saat itu Jepang mau jadi negara industri maju (Restorasi Meiji) dan menyebabkan Jepang menjadi negara imperialis

Pembahasan:

Di tahun Antara tahun 1937 dan 1945, terjadi perang di Samudera Pasifik dan Asia yang dikenal sebagai Perang Asia Pasifik atau Perang Asia Timur Raya di Jepang.

Selama perang, Jepang menggemakan slogan Hako Ichiu. Slogan ini menjadi pelajaran yang digunakan untuk menguasai negara lain termasuk Indonesia.

Jadi, apa yang dimaksud dengan Hakko Ichiu?

Arti dari Hakko Ichiu sendiri adalah delapan penjuru dunia di bawah satu atap. Atap yang dimaksud berada di bawah Kekaisaran Jepang.

Di tahun Selama tahun 1920-an dan 1930-an di Jepang, fasisme dan ultranasionalisme mulai menyebar di kalangan militer dan politisi.

Fasisme adalah paham yang didasarkan pada prinsip kepemimpinan absolut. Sedangkan ultranasionalisme adalah nilai yang mengutamakan kepentingan negara atau masyarakat di atas segalanya.

Pemahaman ini dipromosikan oleh Depresi Hebat tahun 1930-an.

Insiden tersebut menyebabkan tentara Jepang kehilangan kepercayaan pada pemerintahan sipil dan demokrasi versi Barat.

Penganut fasisme percaya bahwa ras Yamato, klan Jepang, adalah ras yang paling mulia.

Oleh karena itu, mereka merasa berhak memperluas kekuasaan Jepang ke negara lain.

Pemahaman ini disebut Hako Ichiu. Hako Ichiyu menjabat sebagai motto Jepang dari Perang Tiongkok-Jepang Kedua (7 Juli 1937 – 9 September 1945) hingga Perang Dunia II.

Baca juga: Latar Belakang Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II
Perkembangan

Jepang menggunakan slogan Hako Ichiu untuk menguasai negara lain selama Perang Dunia II.

Dalam praktiknya, pada tahun 1932, Jepang menguasai Manchuria dan mendirikan pemerintahan boneka di sana yang disebut Manchukuo.

Kemudian pada tahun 1937, Jepang mencoba mengambil alih Cina. Slogan Hako Ichi mulai dikenal setelah Perdana Menteri Jepang Fumimaro Kono menyampaikan slogan ini dalam pidatonya pada tanggal 8 Januari 1940.

Dengan semboyan ini, masyarakat Jepang didorong untuk menyebar ke negara lain.

Selama Perang Dunia II, Jepang berani memasuki perang pada tahun 1942 dengan menyerang pelabuhan Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii.

Jepang menyerang seperti Indochina Prancis, Inggris di Malaya, Belanda di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *